Kisah Inspiratif Pak Gatot, Penjual Es Goreng bisa kuliahkan 3 anaknya hingga S2



foto: Brilio.net/Faris Faizul Aziz
Semakin lama, Pak Gatot semakin kewalahan dengan jumlah permintaan konsumen. Ia beralih tempat jualan yang dekat dengan rumah mertuanya. Ia berjualan di SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta. Tak disangka, es potong buatannya disukai anak sekolahan.
"Pertama saya jual di SD Kanisius, laris, orang itu cuma jualan es doang kok laris, penjual-penjual lain akhirnya meminta ikut berjualan, tiap hari saya cuma menerima setoran," jelas Pak Gatot.
Selain itu, ia juga menjual es potong ketika ada acara pagelaran wayang dan hajatan pernikahan. Stok es potong Pak Gatot selalu habis. Melihat kesuksesannya, banyak orang yang melamar untuk dijadikan sebagai karyawan Pak Gatot. Mereka ingin ikut berjualan es potong karena banyak sekali peminatnya. Usaha yang ia bangun dengan susah payah untuk menghidupi keluarganya berkembang pesat.
Kala itu, ia mempunyai puluhan karyawan yang tersebar di sekitar Kota Yogyakarta. Tiap harinya, selain ia masih tetap berjualan keliling, ia juga mendapat setoran dari sejumlah karyawannya. Kehidupan ekonomi Pak Gatot menjadi terangkat dari hasil berjualan es potong.
Namun, persaingan antar penjual es tak bisa dielakkan oleh Pak Gatot. Banyak varian es bermunculan di Yogyakarta yang membuatpenjualan es potong Pak Gatot meredup. Namun, Pak Gatot tak putus asa. Ia memutar otak lagi bagaimana caranya agar usaha es-nya tak gulung tikar. Setelah beberapa waktu, ia menemukan cara untuk mempertahankn usahanya, yaitu dengan cara menciptakan inovasi produk. Bapak tiga anak itu pun membuat inovasi es goreng.
Istilah es goreng sendiri berasal dari kata 'es garing' yang kemudian dipelesetkan menjadi es goreng. Tentunya, sifat garing atau kering tersebut diambil dari cokelat yang membeku menjadi balutan es yang gurih. Bagaimana tidak, es goreng yang dijual oleh Pak Gatot ini bisa dibilang yang paling eksis hingga hari ini.
Tim brilio.net berhasil mengunjungi kediaman Pak Gatot, di Jalan Arjuna No.36, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Selasa (13/8). Kepada kami, Pak Gatot menuturkan bagaimana perjuangannya mempertahankan usaha dan bisa diterima masyarakat.
Hingga saat ini, Pak Gatot terbilang mampu bersaing dengan pedagang es lainnya. Menurutnya, usaha yang sempat mengalami penurunan omset kembali menunjukkan eksistensi. Eksistensi es goreng bisa dikatakan mengalahkan jajanan jenis es lain. Bukan hanya dari segi rasa yang kuat dengan paduan cokelat celup.
Salh satu yang juga menarik, Pak Gatot mempunyai cara unik dari segi pemasaran yaitu dengan menggunakan pengeras suara megaphone. Setiap berjualan, ia memutar lagu-lagu kenangan seperti halnya Koes Plus dan lain-lain dengan suara nyaring.
Berbeda dengan awal meniti karier yang mengharuskan Pak Gatot berkeliling di sekolah, hajatan maupun perkampungan. Saat ini, Pak Gatot memilih untuk berjualan di kawasan Alun-Alun Kidul Yogyakarta.
Setiap kali berjualan, Pak Gatot menjajakan es goreng dengan cara unik kepada calon pembeli dengan menggunakan microphone jenis lavaliere atau clip on. Sapaan khas yang unik dan terkadang dibumbui dengan humor, membuat para pembeli terhibur. Tak hanya mengenalkan produk baik komposisi dan rasa, Pak Gatot juga menyapa dan mengimbau pengendara motor agar disiplin terhadap lalu lintas.




Salah satu yang menurut Pak Gatt bikin bangga, ia sukses mendapatkan penghargaan dari kepolisian karena telah berperan menjadi pelopor ketertiban lalu lintas.

Related Posts

Post a Comment

Loading...
Subscribe Our Newsletter